cover
Contact Name
Saaduddin
Contact Email
red.ekspresiseni@gmail.com
Phone
+6281371972228
Journal Mail Official
red.ekspresiseni@gmail.com
Editorial Address
https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/about/editorialTeam
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN : 14121662     EISSN : 25802208     DOI : http://dx.doi.org/10.26887/ekspresi
Core Subject : Humanities, Art,
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni welcomes full research articles in the area of Visual Art and Performing Art. Scope areas are: related to Art and Culture, Creative Process and conceptual research in visual art and Performing Art.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022" : 9 Documents clear
ANALYSIS OF SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 FILMS FROM MISE EN SCENE PERSFECTIVE Siti Fadilla
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.8 KB) | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2502

Abstract

 The film Surga Yang Tak Dirindukan 2 is a fiction film in the form of drama. This film started from a novel by Asma Nadia and was later filmed by Director Hanung Bramantyo. This film is able to arouse the emotions of the audience through its dramatic story. The storyline gives an interesting impression to the audience. The story presents every scene from exposure to conflict resolution. A film with an interesting story will not be conveyed to the audience if the cinematic dont support the storyline. The film Surga Yang Tak Dirindukan 2 also has a quality goal with narrative and cinematic elements in the story. Narrative elements affect the content of the story while cinematic elements affect the packaging of the story. One of them is mise en scene. This study will discuss the cinematic elements in the film Surga Yang Tak Dirindukan 2 with a qualitative descriptive method with a mise en scene theory approach. Key Words: Film Surga Yang Tak Dirindukan 2; Sinematik; Mise en SceneANALISIS FILM YANG TAK DIRINDUKAN 2 DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MISE EN SCENEAbstrakFilm Surga Yang Tak Dirindukan 2 merupakan sebuah film fiksi berbetuk drama. Film ini berawal dari sebuah novel karya Asma Nadia dan kemudian di filmkan oleh Sutradara Hanung Bramantyo. Film ini mampu menggungah emosi penonton melalui dramatik ceritanya. Alur ceritanya memberikan kesan yang menarik kepada penonton. Ceritanya menyajikan tiap adegan dari paparan hingga konflik penyelsaiain. Film dengan cerita yang menarik tidak akan tersampaikan kepada penonton jika sinematiknya tidak mendukung jalan ceritanya. Film Surga Yang Tak Dirindukan 2 ini juga memiliki tujuan yang berkualitas dengan adanya unsur naratif dan sinematik di dalam ceritanya. Unsur naratif berpengaruh kepada isi cerita sedangkan unsur sinematik berpengaruh terhadap pengemasan ceritanya. Salah satunya adalah mise en scene. Penelitian ini akan membahas tentang Unsur sinematik pada Film Surga Yang Tak Dirindukan 2 dengan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori mise en scene.Kata Kunci: Film Surga Yang Tak Dirindukan 2; Sinematik; Mise en Scene
WOMEN'S STUDY ON RANDAI SI RABUANG AMEH, AS AN EXISTENCE OF RANDAI DEVELOPMENT IN MINANGKABAU Monita Precillia; Dedi Darmadi
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1396.875 KB) | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2256

Abstract

This article entitled "Development of the traditional art of randai into the creation of randai Si Rabuang Ameh by Zulkifli is a qualitative research in the form of descriptive analysis". The Si Rabuang Ameh performance is the result of the artist's observations and concerns about the women's desire to be directly involved in the randai performance. This paper aims to describe the background of the presence of the Si Rabuang Ameh performance, analysis of the work; innovation on randai and women's studies on randai si rabuang ameh, as a form of developing randai in Minangkabau. Minangkabau which adheres to a matrilineal system, of course, the participation of women in traditional randai performances is considered taboo. The Randai Si Rabuang Ameh show has been adapted so that it deserves to be a female randai. Randai Si Rabuang Ameh is a place for women who want to participate in randai performances. The randai creations in the Si Rabuang Ameh show do not eliminate the norms or customs and their traditional habitats so as not to damage the existence of randai as a traditional Minangkabau art. The performance of Randai Si Rabuang Ameh also does not conflict with the ethics of Contributing Duo Baleh in Minangkabau, so it does not become a debate or conflict with the participation of women in the show. The show that was innovated into women's randai, the wave motion was inspired by the motion of suduang daun, tanduak buang, jinjiang bantai, lapiah jarami, galatiak, gelek and others. Keywords: Si Rabuang Ameh; Randai; Women   KAJIAN PEREMPUAN TERHADAP RANDAI  SI RABUANG AMEH, SEBAGAI WUJUD PENGEMBANGAN RANDAI DI MINANGKABAU AbstrakTulisan berjudul pengembangan seni tradisi randai menjadi kreasi randai Si Rabuang Ameh karya Zulkifli ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif berbentuk diskriptif analisis. Pertunjukan Si Rabuang Ameh merupakan hasil observasi dan keresahan pengkarya terhadap keinginan kaum perempuan untuk terlibat langsung dalam pertunjukan randai. Tulisan ini bertujuan mendiskripsi latar belakang hadirnya pertunjukan Si Rabuang Ameh, analisis karya; inovasi terhadap randai dan kajian perempuan terhadap randai si rabuang ameh, sebagai wujud pengembangan randai di Minangkabau. Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, tentunya keikutsertaan perempuan dalam pertunjukan randai tradisi di anggap tabu. pertunjukan randai Si Rabuang Ameh telah diadaptasi sehingga pantas menjadi randai perempuan. Randai Si Rabuang Ameh menjadi wadah bagi kaum perempuan yang ingin berpartisipasi dalam pertunjukan randai. Kreasi randai dalam pertunjukan Si Rabuang Ameh tidak mengilangkan norma atau pakam dan habitat ketradisiannya sehingga tidak merusak keberadaan randai sebagai kesenian tradisioal Minangkabau. Pertunjukan randai Si Rabuang Ameh juga tidak bertentangan dengan etika Sumbang Duo Baleh di Minangkabau, sehingga tidak menjadi perdebatan ataupun pertentangan terhadap keikutsertaan perempuan dalam pertunjukan. Pertunjukan yang di inovasi menjadi randai perempuan, gerak gelombang terinspirasi dari gerak suduang daun, tanduak buang, jinjiang bantai, lapiah jarami, galatiak, gelek dan lainnya.Kata kunci : Si Rabuang Ameh; Randai; Perempuan
AESTHETIC OF WORKING STRUCTURE IN TARI PIRING HURIAH ADAM Efrida Efrida
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.428 KB) | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2461

Abstract

 Tari Piring Huriah Adam is a dance work that departs from the habits of the Minangkabau people in the agricultural world. Tari Piring is one of the arts of the Minangkabau community that uses a plate as property and a ring on the middle finger that is tapped to produce a sound according to the rhythm of the music. This dance has thirteen movement structures, all of which describe the life of the Minangkabau people. The creativity of the Minangkabau choreographer in strengthening the Minang ethnic identity is outlined in the creations of dance works that depart from the traditional Bamain Piriang dance. The concept to unravel this dance is the concept of structuralism, where a work of art is a fabric of elements that build it. Structuralism is a way of thinking about the world associated with perceiving and describing structures. A structure is a system consisting of an element, none of which can change without producing a difference in another aspect. The result of the analysis of the work is the creation of a work of art through a very neat relationship between structures.Keywords: dance; structure; agriculture; culture.ABSTRAKTari piring karya Huriah Adam merupakan karya tari yang berangkat dari kebiasaan orang Minangkabau dalam dunia pertanian. Tari piring merupakan salah satu kesenian masyarakat Minangkabau yang menggunakan piring sebagai properti dan menggunakan cincin di jari tengah yang diketukan sehingga menghasilkan bunyi sesuai irama musiknya. Tari ini memiliki struktur gerak yang berjumlah tiga belas yang semuanya menggambarkan tentang kehidupan orang Minangkabau. Kreativitas koreografer Minangkabau dalam menguatkan identitas etnis Minang yang dituangkan dalam karya-karya tari kreasi yang berangkat dari tari tradisional Bamain Piriang. Konsep untuk mengurai tari piring ini adalah konsep strukturalisme dimana sebuah karya seni merupakan jalinan unsur-unsur yang membangunnya. Strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur. Struktur yang merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari sebuah anasir, yang di antaranya tidak satu pun dapat mengalami perubahan tanpa menghasilkan perubahan dalam sebuah anasir lain. Hasil analisis karya adalah terbangunnya sebuah karya seni lewat hubungan antar struktur yang sangat rapi
FAMILY REPRESENTATION IN ALI DAN RATU-RATU QUEENS MOVIE Moh Mahrush Ali; Kamila Nida’unnada; Nuriyah Sa’adah
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2439

Abstract

 This study explains the representation of family values in the film "Ali and Ratu-ratu Queens." This research uses a descriptive qualitative approach. The data collection technique used is observation and literature study using Roland Barthes' semiotic theory. This film is interesting to study because it describes the kinship created between two family elements bound by blood and a family that is only created by a meeting that makes them so familiar. Roland Barthes interprets symbols using markers and signifiers so that denotative, connotative, and mythical meanings can be found. Representation is a picture of life through the media. The representation of the family in the film Ali and Ratu-Ratu Queens is reflected in several film scenes, namely through dialogue and visuals. Eight scenes were chosen because they best reflect the family values between Ali and Mia and the Queens of Queens. The results of this study indicate that the family has a character that extends not only between parents and children but also between other people who are not blood-related. The Queen's character can create happiness for Ali, who is left behind by his mother, by giving them the simple pleasure they have. Researchers can further develop the film Ali and the Queens of Queens in terms of directing style, characterization, mise en scene, and storytelling development (three-act structure).REPRESENTASI KELUARGA DALAM FILM ALI DAN RATU-RATU QUEENSAbstrak Penelitian ini menjelaskan representasi nilai keluarga dalam film “Ali dan Ratu-ratu Queens”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan studi pustaka dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Film ini menarik untuk diteliti karena menggambarkan unsur kekeluargaan yang tercipta antara dua elemen keluarga yang terikat oleh darah, dan keluarga yang hanya tercipta oleh sebuah pertemuan yang membuat mereka begitu akrab Roland Barthes memaknai simbol menggunakan penanda dan petanda hingga dapat ditemukan makna denotasi, konotasi dan mitos. Representasi merupakan gambaran mengenai kehidupan melalui media. Representasi keluarga yang ada dalam film Ali dan Ratu-ratu Queens tercermin pada beberapa adegan film yaitu melalui dialog dan visualnya. Delapan adegan dipilih karena paling mencerminkan nilai kekeluargaan antara Ali dengan Mia dan Ratu-ratu Queens. Hasil penelitian ini bahwa keluarga memiliki sifat yang meluas bukan hanya antara orang tua dan anak, namun juga antara orang lain yang tidak sedarah. Tokoh Queens mampu menciptakan kebahagiaan bagi Ali yang ditinggal oleh ibunya dengan memberikan kebahagiaan yang sederhana yang mereka miliki. Film Ali dan Ratu-ratu Queens ini bisa dikembangkan lagi oleh peneliti selanjutnya dari segi gaya penyutradaraan, pengkarakteran, mise en scene, dan pengembangan penceritaannya (struktur tiga babak). Kata Kunci : Representasi, Keluarga, Semiotika, Roland Barthes, Film Ali dan Ratu-ratu Queens.  Abstrak Penelitian ini menjelaskan tentang representasi nilai keluarga terhadap film “Ali dan Ratu-ratu Queens”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan studi pustaka. Representasi merupakan gambaran mengenai kehidupan melalui media. Representasi keluarga yang ada tercermin pada beberapa adegan film “Ali dan Ratu-ratu Queens” melalui dialog dan visualnya. Hasil penelitian ini bahwa keluarga memiliki sifat yang meluas bukan hanya antara orang tua dan anak, namun juga antara orang lain yang tidak sedarah. Tokoh Queens mampu menciptakan kebahagiaan bagi Ali yang ditinggal oleh ibunya dengan memberikan kebahagiaan yang sederhana yang mereka miliki.Kata Kunci : Representasi, Keluarga, Film Ali dan Ratu-ratu Queens. 
APPLICATION OF SCANDINAVIAN CONCEPT OF DESIGN IN RESIDENTIAL HOUSE TROPICAL CLIMATE Siti Indah Lestari; Muhammad Zulfikri Hadi
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2521

Abstract

Scandinavian homes are very popular and are often chosen for their undeniable quality The country of Indonesia, which is located on the equator, causes regions in Indonesia to have a tropical climate or often called a hot climate. Tropical climates have many natural resources, both from sunlight and trees and natural rocks. A house that functions as a place/place should be able to provide optimal comfort as a whole so that the people in it can carry out their daily activities properly. Scandinavian house types are popular and are often chosen because of the undoubted quality and level of comfort. Both in terms of exterior aesthetics that look attractive, as well as interior comfort, or interior arrangement style. This study aims to provide design solutions for people who will build houses and at the same time introduce Scandinavian concepts to the community to be applied when building interior houses. The results of the application of this concept will be seen in the form of interior elements that form a space that displays simplicity and minimalism, this difference occurs in the use of materials in each area and the processing of forms that are applied to the furniture of each room. The effect of the creation of this design is to create a comfortable atmosphere in the tropics so that homeowners feel more comfortable and safe with tropical conditions. Keywords: Interior; Scandinavian; Tropical.PENERAPAN KONSEP SCANDINAVIAN DESAIN PADA RUMAH TINGGAL  BERIKLIM TROPIS AbstrakNegara Indonesia yang berada di garis khatulistiwa mengakibatkan wilayah-wilayah di Indonesia memiliki iklim tropis atau sering disebut iklim panas. Wilayah beriklim tropis memiliki sumber daya alam yang banyak, baik dari sinar matahari maupun pepohonan serta bebatuan alam. Rumah tinggal yang berfungsi sebagai wadah/tempat seharusnya dapat memberikan kenyamanan yang optimal secara keseluruhan agar manusia di dalamnya dapat beraktifitas sehari-hari dengan baik. Tipe rumah Scandinavian populer dan sering dipilih karena kualitas tingkat kenyamanan yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Baik dari segi estetika eksterior yang terlihat menarik, maupun kenyamanan bagian dalam, atau gaya penataan interior. Penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan solusi desain bagi masyarakat yang akan membangun rumah dan sekaligus memperkenalkan konsep Scandinavian kepada masyarakat untuk diterapkan saat pembangunan interior rumah. Hasil dari pengaplikasian konsep ini akan terlihat bentuk elemen interior pembentuk ruang yang menampilkan kesederhanaan dan minimalis, perbedaan ini terjadi pada pemakaian material pada setiap area serta pengolahan bentuk yang diaplikasikan pada furniture setiap ruangan. Efek pada penciptaan perancangan ini yaitu menciptakan suasana yang nyaman pada daerah tropis, sehingga pemilik rumah merasa lebih nyaman dan aman dengan kondisi daerah yang tropis. Kata Kunci: Interior; Scandinavian; Tropis.
RATOH GAKI: AESTHETIC-ARTISTIC DEFORMATION OF CONTEMPORARY DANCE MOVEMENT Murtala Murtala; Eko Supriyanto
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2246

Abstract

Aceh merupakan provinsi yang berada di ujung pulau Sumatera. Provinsi ini memiliki banyak tari tradisional (lagu-tari) yang dimainkan dalam posisi duduk, diantaranya: Ratoh Duek, Saman Gayo, Likok Pulo, Ratoh Taloe, Ratoh Bantai, Rateb Meusekat, Rapai Geleng dan lain-lain (O’Sullivan 2011). Secara kasat mata, kesenian ini terlihat sama antara satu dengan lainnya, tetapi apabila dilihat lebih dalam, maka setiap tari ini memiliki perbedaan dan karakteristik tersendiri. Teknik perkusi tubuh (peh badan) dalam Ratoh Duek menjadi ide artistik dalam penciptaan karya ini. Ratoh dalam bahasa Aceh berarti mengoceh atau bercerita secara terus menerus, sedangkan Duek berarti duduk. Pengkarya mempelajari tari ini saat masih berusia 11 tahun. Ratoh Duek awalnya ditarikan oleh penari pria, tetapi dalam perkembanganya tari ini boleh ditarikan oleh penari wanita. Pada bentuk penyajiannya, gerak ketangkasan yang memukau dan presisi (ketepatan) serta mengisyaratkan kedisiplinan yang luar biasa, menghasilkan pertunjukan yang unik, atraktif, tentu saja memantik daya pukau secara estetik dan artistik. Di deskripsikan berdasarkan data-data yang didokumentasikan selama proses penciptaan, artikel ini mencoba memperlihatkan dari proses, analisis dan bentuk penyajian sebuah karya tari berjudul Ratoh Gaki dengan spirit lokal budaya Aceh
AESTHETIC EXPLORATION OF BAMBOO CRAFT DECORATIVE LIGHTS BASED ON THE CREATIVE INDUSTRY Husni Mubarat
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2100

Abstract

Crafts or crafts are one of the creative industry sectors. This sector has the opportunity to grow the community's economy, especially for artisans whose areas are available with bamboo plants. In general, the purpose of making decorative lighting products from bamboo, namely as an effort to provide creative ideas for creating decorative lights from bamboo to the community, so that it can stimulate people who have the potential of natural resources from bamboo to be creative, both aims to encourage industrial growth. Creative activities in rural areas, both through groups and individuals, with the hope of increasing economic welfare for rural communities, and thirdly supporting the tourism industry in rural areas. The methodology used is the first exploration, such as research on decorative lighting products from bamboo as a creative idea either directly or via the internet, secondly making several alternative sketches as a process to find the basic form of the work to be made, which is continued at the design stage, thirdly cultivating products with a chisel and joint techniques. The products produced consist of designs and several creations of decorative lights as a source of creative ideas for the creative industry community. Keywords: Exploration; Aesthetics; Creative; Industry; Bamboo.EKSPLORASI ESTETIK KERAJINAN BAMBU LAMPU HIAS BERBASIS INDUSTRI KREATIF  AbstrakSeni kriya atau kerajinan merupakan salah satu sektor industri kreatif. Sektor ini memiliki peluang untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat, khususnya bagi pengrajin yang daerahnya tersedia tumbuhan bambu. Secara umum, tujuan pembuatan produk lampu hias dari bahan bambu, yakni  sebagai upaya untuk memberikan ide kreatif kreasi lampu hias dari bahan bambu terhadap masyarakat, sehingga dapat menstimulasi bagi masyarakat yang memiliki potensi Sumber Daya Alam dari bambu untuk berkreasi, kedua bertujuan untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif di pedesaan, baik melaui kelompok maupun perorangan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat desa, ketiga mendukung keberadaan bagi industri pariwisata di daerah pedesaan. Adapun metodologi yang digunakan adalah pertama eksplorasi, sperti riset terhadap produk lampu hias dari bambu sebagai ide penciptaan baik secara langsung maupun melalui internet, kedua membuat beberapa sketsa alternatif sebagai proses untuk menemukan bentuk dasar dari karya yang akan dibuat yang dilanjutkan pada tahapan desain, ketiga penggarapan produk dengan teknik pahat dan sambunga. Adapun produk yang dihasilkan terdiri dari desain dan beberapa kreasi lampu hias sebagai sumber ide kreatif bagi masyarakat pelaku industri kreatif.Kata kunci: Eksplorasi; Estetik; Kreatif; Industri; Bambu
SULING BAMBOO MUSIC: THE IDENTITY OF TIMOR TENGAH UTARA SOCIETY Yohanis Devriezen Amasanan; Kadek Paramitha Hariswari; Stanislaus Sanga Tolan
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.2236

Abstract

Suling bamboo music is a traditional music typical of the people of Timor Tengah Utara (TTU) Regency. The musical form of the suling bamboo is very unique and different from the form of the suling bamboo that exists in all regions in Indonesia. The purpose of this study is related to the problem raised, namely to reveal the problem of form and musical elements that make up suling bamboo in Timor Tengah Utara (TTU) Regency. The method used in this research is qualitative analytical method. Data collection techniques were carried out using observation techniques, interview techniques and document study techniques. The results of the study show the following. First, the musical elements that make up the suling bamboo music are as follows. Rhythm, compositionally the rhythm/rhythm of suling bamboo music is a typical Timor rhythm. Melody, on the suling the song plays the main melody or Cantus Frimus (cf), while the trumpet and bass suling play a filler melody or fill melody according to chords. Harmony, which functions to play chords, namely the suling trumpet  and the suling bass. Tempo, in the Suling bamboo music game, is very relative depending on the song being sung, which is often used is the tempo of Adate: MM 72-76, Adantino: MM 80-84 and Moderato: MM 90-104. This research can broaden the reader's perspective on the existence of Suling bamboo music and provide information about the forms and musical elements that make up bamboo flute music in Timor Tengah Utara (TTU) RegencyKeywords: Suling bamboo music; musical forms; elements AbstrakMusik suling bambu merupakan musik tradisional khas masyarakat Timor Tengah Utara (TTU). Bentuk musik suling bambu sangat unik dan berbeda dengan bentuk suling bambu yang ada di seluruh daerah di Indonesia. Tujuan penelitian ini berkaitan dengan masalah yang diangkat yakni mengungkap masalah bentuk serta unsur-unsur musikal yang membentuk musik suling bambu di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif analitikal. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik studi dokumen. Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut. Pertama, Unsur-unsur musikal yang membentuk musik suling bambu adalah sebagai berikut. Ritme, secara komposisi ritme/ irama musik suling bambu merupakan irama khas Timor. Melodi, pada suling lagu memainkan melodi utama atau Cantus Frimus (cf), sedangkan suling terompet dan suling bass memainkan melodi filler atau melodi isian sesuai akord. Harmoni, yang berfungsi untuk memainkan akord yaitu suling terompet dan suling bass. Tempo, dalam permainan musik suling bambu sangat relatif tergantung pada lagu yang dibawakan, yang sering digunakan adalah tempo Adante : MM 72-76, Adantino: MM 80-84 dan Moderato: MM 90-104. Penelitian ini dapat memperluas perspektif pembaca tentang keberadaan musik suling bambu dan memberi informasi tentang bentuk dan unsur musikal yang membentuk musik suling bambu di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).Kata Kunci: Musik suling bamboo; bentuk; dan unsur musikal. 
MUSICAL ANALYSIS OF THE "SMOKE EFFECT": SIALANG RAYO RITUALS AND FOREST FIRES AS A SOURCE OF MUSICAL CREATION Indra Gunawan; Muhammad Taufik Hidayat
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v24i2.1998

Abstract

In Indonesian society, especially western Indonesia. The tradition that was created was not to interpret something imaginary such as art or other social activities but community actions in developing business in the field of plantations. One of the consequences of this forest fire is the loss of a community ritual tradition in taking honey bee debt. This tradition is known as the Sialang Rayo ritual. Sialang Rayo Ritual is now rarely found in the life of the people of Bungo regency. The results of the composer's research then developed into a musical composition entitled "Smoke Effect." Music composition III part is a reflection and imagination of the artist who is concerned with seeing the loss of one of the characters of the surrounding community life. In this article, the author analyzes how the artist processes the musicological elements of the Sialang Rayo ritual into an experimental musical composition. The use of Western musical techniques became the basis for the processing and development of this musical composition.Keywords: ritual Sialang Rayo; Smoke Effect; analysis musicABSTRAKKebakaran hutan saat ini menjadi semacam sebuah tradisi pada masyarakat indonesia, khusus indonesia bagian barat. Tradisi yang diciptakan bukan untuk mengiterpretasikan sesuatu imajinasi seperti hal nya kesenian maupun kegiatan sosial lainnya melainkan tindakan masyarakat dalam mengembangkan usaha dibidang perkebunan. Salah satu akibat dari kebakaran hutan ini yaitu hilangnya suatu tradisi ritual masyarakat dalam mengabil madu lebah hutang. Tradisi ini dikenal dengan nama ritual Sialang Rayo. Ritual Sialang Rayo kini sangat jarang di temukan pada kehidupan masyarakat daerah kabupaten Bungo. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra Gunawan (pengkarya), kemudian dikembangkan kedalam komposisi musik 3 bagian yang berjudul “Smoke Effect”. Karya ini merupakan refleksi dan imajinasi pengkarya yang prihatin melihat hilangnya sebuah salah satu karakter kehidupan masyarakat disekitarnya. Pada artikel ini penulis menganalisis bagaimana pengkarya mengolah unsur-unsur musikologi dari ritual Sialang Rayo kedalam sebuah komposisi musik eksperimental. Penggunaan teknik musik musik barat menjadi dasar pengolahan dan pengembangan pada komposisi musik ini.Kata kunci: Ritual Sialang Rayo; Smoke Effect; Analisis Musik

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 2 (2023): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 25, No 1 (2023): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 24, No 2 (2022): Edisi Juli- Desember 2022 Vol 24, No 1 (2022): Edisi Januari-Juni 2022 Vol 23, No 2 (2021): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 23, No 1 (2021): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 22, No 2 (2020): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 22, No 1 (2020): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 21, No 2 (2019): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 21, No 1 (2019): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 21, No 1 (2019): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 20, No 2 (2018): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 20, No 2 (2018): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 20, No 1 (2018): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 20, No 1 (2018): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 19, No 2 (2017): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 19, No 2 (2017): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 19, No 1 (2017): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 19, No 1 (2017): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 18, No 2 (2016): Ekspresi Seni Vol 18, No 2 (2016): Ekspresi Seni Vol 18, No 1 (2016): Ekspresi Seni Vol 17, No 2 (2015): Ekspresi Seni Vol 17, No 1 (2015): Ekspresi Seni Vol 17, No 1 (2015): Ekspresi Seni Vol 16, No 2 (2014): Ekspresi Seni Vol 16, No 2 (2014): Ekspresi Seni Vol 16, No 1 (2014): Ekspresi Seni Vol 16, No 1 (2014): Ekspresi Seni Vol 15, No 1 (2013): Ekspresi Seni Vol 14, No 2 (2012): Ekspresi Seni Vol 14, No 2 (2012): Ekspresi Seni Vol 14, No 1 (2012): Ekspresi Seni Vol 14, No 1 (2012): Ekspresi Seni Vol 13, No 2 (2011): Ekspresi Seni Vol 13, No 2 (2011): Ekspresi Seni Vol 13, No 1 (2011): Ekspresi Seni Vol 13, No 1 (2011): Ekspresi Seni More Issue